Pulau Buton di Sulawesi Tenggara memang terkenal sebagai penghasil aspal alam, tetapi warga Buton umumnya hidup dari hasil laut. Sayangnya, mulai 1990-an para nelayan Teluk Langkomu di Buton terbiasa menggunakan bom ikan.
Bom ikan membuat ikan-ikan pingsan hingga mudah ditangkap, tetapi ekosistem Teluk Langkomu menjadi rusak. Hal itu terjadi sampai seorang ibu bernama Saidah bertindak.
Sebagai seorang istri nelayan, Saidah membantu suami dengan bertani rumput laut. Setiap pagi dan sore, ibu 5 anak itu bersampan di Teluk Langkomu. Tidak ingin kondisi Teluk Langkomu memburuk, sejak 2007 sambil mengumpulkan rumput laut, Saidah mengawasi perahu-perahu nelayan.
Bila menemukan aksi pemboman, Saidah langsung melapor kepada pihak berwenang. Saidah menjalin kerja sama erat dengan kepala desa dan para petugas polisi.
Memberantas praktik pemboman ikan tidak mudah, Saidah kerap menjadi sasaran ancaman. Namun Saidah tidak gentar.
Hasilnya, sanksi yang dulu digagas Saidah bagi para pelaku pemboman kini telah diterapkan sebagai peraturan. Tiga tahun terakhir tak terdengar lagi dentuman bom ikan di Teluk Langkomu. Sepak terjang Saidah berbuah berbagai penghargaan. Perlahan tapi pasti, Teluk Langkomu pulih. Hasil laut para nelayan pun kembali melimpah.
sumber : http://news.liputan6.com/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar